Pada tahun 1901 sekelompok penyelam menemukan benda berbentuk roda bergerigi di sebuah kapal yunani kuno yang telah karam di laut mediterania. Setelah di teliti ternyata roda bergerigi itu adalah sisa dari sebuah mekanisme rumit yang berumur lebih dari 2000 tahun yang lalu. Benda itu di sebut mekanisme Antikythera.
Penemuan yang misterius
Mekanisme Antikythera atau Antikythera Mechanism adalah nama dari sebuah artefak berbentuk roda gigi yang terbuat dari perunggu yang di perkirakan berasal dari kebudayaan Yunani yang berkembang sekitar tahun 100 SM.
Di perkirakan bentuk sebenarnya dari Mekanisme Antikythera adalah sebuah kotak kayu yang mirip dengan jam yang di buat pada abad 18 M dengan mekanisme roda gigi rumit yang di susun di dalamnya.
Mekanisme Antikythera di temukan secara tidak sengaja oleh para penyelam dari Dodecanese pada tahun 1901 di sebuah kapal peradaban Yunani kuno yang telah karam di laut mediterania dekat pulau Antikythera, Yunani. Pada tahun 1900 tepat sebelum paskah awalnya para penyelam pergi ke perairan dekat pulau Anthikitera untuk menghindari badai, Namun saat mereka menyelam mereka menemukan sebuah bangkai kapal yang berada di kedalaman 200 meter.
Satu tahun kemudian, para penyelam dan arkeolog melakukan eksplorasi terhadap bangkai kapal kuno tersebut. Walaupun kegiatan eksplorasi mengalami kendala karena tidak memiliki peralatan berat namun eksplorasi tersebut membuahkan hasil. berbagai benda dari perunggu, beberapa patung marmer dan beberapa objek lainya berhasil di angkat dari dasar. Pada bulan september 1901, kegiatan eksplorasi di hentikan.
Satu tahun kemudian, para penyelam dan arkeolog melakukan eksplorasi terhadap bangkai kapal kuno tersebut. Walaupun kegiatan eksplorasi mengalami kendala karena tidak memiliki peralatan berat namun eksplorasi tersebut membuahkan hasil. berbagai benda dari perunggu, beberapa patung marmer dan beberapa objek lainya berhasil di angkat dari dasar. Pada bulan september 1901, kegiatan eksplorasi di hentikan.
Sewaktu diangkat dari dasar laut, benda itu sudah sangat berkarat
dan berkerak. Setelah hampir 2.000 tahun, bentuknya seperti batu karang
berwarna kehijauan. Karena semua perhatian tertuju pada patung-patung, benda
misterius ini tadinya tidak begitu dipedulikan.
Ketika seorang arkeolog Yunani memeriksa artefak itu pada tahun
1902, mekanisme tersebut terpecah-pecah. Ada roda-roda gigi dengan beragam
ukuran, dan gigi-giginya yang berbentuk segitiga dibuat secara akurat. Peranti
itu mirip seperti jam, tetapi karena mekanisme jam diyakini baru digunakan
secara luas sekitar 700 tahun lalu, kemungkinan besar itu bukan jam.
Sebuah artikel tentang Mekanisme Antikythera menjelaskan bahwa
”pada umumnya, para sejarawan tidak yakin bahwa [orang Yunani yang hidup
kira-kira 2.000 tahun lalu] memiliki mekanisme roda gigi berakurasi tinggi—roda
gigi yang dibuat dari logam dan disusun menjadi ’rangkaian roda gigi’ yang
rumit dan bisa meneruskan gerakan dari satu poros penggerak ke poros penggerak
lainnya”. Meskipun demikian, peranti itu diduga sebagai sejenis astrolab,
instrumen yang dahulu biasa digunakan untuk menentukan garis lintang
berdasarkan posisi benda-benda langit.
Namun, banyak orang berpendapat bahwa melihat kerumitannya,
mustahil roda-roda gigi tersebut berusia 2.000 tahun. Jadi, mereka menyimpulkan
bahwa benda itu pasti tidak termasuk dalam muatan kapal kuno yang tenggelam
tersebut. Di pihak lain, seorang pakar menduga bahwa benda itu kemungkinan
adalah alat legendaris buatan Archimedes, yang diceritakan oleh Sisero pada
abad pertama SM. Konon, alat itu adalah sejenis planetarium—sebuah
miniatur yang bisa menirukan pergerakan matahari, bulan, dan lima planet yang
terlihat oleh mata telanjang. Akan tetapi, karena tidak ada bukti yang jelas
untuk mementahkan teori astrolab, teori itu diterima secara luas.
Penelitian lebih lanjut
Pada tahun 1958, mekanisme itu diteliti oleh Derek de Solla Price,
seorang fisikawan yang belakangan beralih menjadi profesor di bidang sejarah
sains. Ia berpendapat bahwa peranti itu bisa menentukan waktu terjadinya
peristiwa astronomis di masa lalu atau di masa depan, misalnya bulan purnama
berikutnya. Ia tahu bahwa tulisan pada piringannya menunjukkan pembagian
kalender—hari, bulan, dan lambang zodiak. Menurutnya, di piringan itu tadinya
pasti ada jarum yang bisa berputar yang menunjukkan posisi benda-benda langit
pada waktu yang berlainan.
Price menyimpulkan bahwa roda gigi terbesar digunakan untuk
menunjukkan pergerakan matahari dan satu kali rotasi memaksudkan satu tahun
matahari. Jika roda gigi lainnya, yang terhubung dengan yang pertama,
menunjukkan pergerakan bulan, maka rasio jumlah gigi pada kedua roda gigi
tersebut pasti dirancang berdasarkan pandangan orang Yunani kuno tentang orbit
bulan.
Pada tahun 1971, Price memindai mekanisme itu dengan sinar-X.
Hasilnya meneguhkan teorinya. Peranti tersebut adalah kalkulator astronomis yang
rumit. Price membuat gambar tentang perkiraan cara kerja mekanisme itu dan
menerbitkan temuannya pada tahun 1974. Ia menulis, ”Tidak ada peranti seperti
ini yang terlestarikan di tempat lain mana pun. Berdasarkan
pengetahuan kita tentang sains dan teknologi pada Zaman Helenistik, kita tentu
berpikir bahwa mustahil ada peranti seperti itu.” Kala itu, jerih payah Price
tidak mendapat sambutan yang sepantasnya. Namun, orang lain melanjutkan riset
yang ia lakukan.
Informasi Baru
Pada tahun 2005, tim yang terdiri dari para peneliti yang
disebutkan di awal meneliti mekanisme itu dengan mesin CAT-scan yang
canggih untuk menghasilkan gambar sinar-X tiga dimensi beresolusi tinggi. Riset
ini mengemukakan informasi baru tentang cara kerja mekanisme itu. Ketika si
pengguna memutar kenopnya, setidaknya 30 roda gigi yang saling terhubung
mengaktifkan tiga piringan di bagian depan dan belakang kotak. Ini memungkinkan
si pengguna memprediksi siklus astronomis, termasuk gerhana, yang berkaitan
dengan siklus empat tahunan Olimpiade dan pesta-pesta olahraga lain yang
melibatkan seluruh Yunani. Pesta-pesta olahraga ini lazim digunakan sebagai
dasar penanggalan.
Mengapa informasi demikian sangat penting? Ada beberapa alasan.
Astronomi penting bagi orang zaman kuno karena para petani menggunakan matahari
dan bulan untuk menentukan saat menabur benih. Pelaut menggunakan bintang untuk
memandu pelayaran. Lembaga-lembaga sosial Yunani sangat bergantung pada
fenomena astronomis. Dan, masih ada alasan lain mengapa informasi demikian
sangat berharga.
”Bagi orang Babilon kuno, memprediksi gerhana sangatlah penting,
karena gerhana dianggap sebagai pertanda buruk,” tulis Martin Allen, anggota
Proyek Riset Mekanisme Antikythera. ”Bahkan, mekanisme tersebut bisa dianggap
sebagai alat politis, yang memungkinkan kalangan berwenang menguasai rakyat
mereka. Bahkan, diperkirakan bahwa salah satu alasan mengapa mekanisme itu
begitu misterius adalah karena peranti ini dirahasiakan oleh pihak militer dan
para politikus.”
Tidak soal keterangan lain yang kita dapat darinya, mekanisme
tersebut membuktikan bahwa astronomi dan matematika orang Yunani kuno, yang
sebagian besar didasarkan pada ajaran turun-temurun orang Babilon, jauh lebih
maju daripada yang mungkin kita sangka. Majalah Nature menyatakannya
sebagai berikut, ”Mekanisme Antikythera kuno tidak hanya mematahkan asumsi kita
tentang alih teknologi selama berabad-abad—peranti itu memberi kita informasi
baru tentang sejarah itu sendiri.”
Misteri sang pembuat
Mekanisme Antikythera tidak mungkin hanya ada satu. ”Tidak
didapati kesalahan apa pun,” tulis Martin Allen. ”Semua unsur mekanisnya ada
kegunaannya. Tidak ada kelebihan lubang, ataupun unsur tak berguna lain yang
memperlihatkan bahwa sang pembuat memodifikasi rancangannya pada saat mekanisme
itu dibuat. Hal ini membuat kita berkesimpulan bahwa ia pasti sudah membuat
sejumlah peranti serupa sebelumnya.” Jadi, siapa pembuatnya? Dan, apa yang
terjadi dengan peranti lain yang dia buat?
Riset terkini mengenai mekanisme itu menunjukkan adanya
nama-nama bulan pada piringan yang memprediksi gerhana. Nama-nama itu berasal
dari Korintus, sehingga para peneliti berkesimpulan bahwa peranti itu dibuat
dan digunakan oleh masyarakat dari latar kebudayaan tertentu. Majalah ilmiah Nature
menyatakan, ”Kemungkinan besar penggunanya adalah koloni orang Korintus di
Yunani bagian barat laut atau Sirakuse di Sisilia—dan jika peranti itu
digunakan di Sirakuse, hal ini menunjukkan bahwa peranti itu bisa jadi telah
digunakan sejak zaman Archimedes.”
Mengapa tidak ada lagi peranti serupa yang
terlestarikan? ”Perunggu adalah komoditas yang sangat bernilai dan sangat mudah
diproses ulang,” tulis Allen. ”Akibatnya, benda perunggu dari zaman kuno jarang
sekali ditemukan. Sebenarnya, banyak benda perunggu bersejarah yang penting
ditemukan di dalam laut, tempat yang tidak bisa dijangkau oleh orang yang
kemungkinan bakal meleburnya menjadi barang lain.” ”Kami hanya punya [contoh]
ini,” kata seorang peneliti, ”karena benda ini tidak terjangkau orang-orang yang
berniat menggunakan logamnya.”
Sumber : wol.jw.org, duniaandromedaku.blogspot.com, wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar